Cara Sederhana Agar Cepat Sukses
Berfikir positif
Tidak ada salahnya jika kita memulai hidup yang sederhana atau semiskin apapun, jika kita bisa berfikir positif atau membiasakan diri kita berfikir positif, tidak akan menutup kemungkinan jika hidup kita akan berangsur-angsur menjadi bahagia dan menyenangkan walaupun setiap hari kita makan dengan lauk garam saja.
Disini saya ingin mengatakan bahwa sepahit apapun keadaan hidup kita jika kita bisa membiasakan berfikir positif tentang keadaan yang kita alami maka pahitnya keadaan itu akan berumah menjadi manis seperti manisnya kopi yang diseduh.
br /> Belajar dari pahitnya kopi dan belajar dari manisnya gula, kita dapat suatu pelajaran bahwa sepahit apapun hidup ini, sepahit keadaan yang kita alami atau sejelek kejadian yang kita alami, jika kita bisa berfikir positif bahwa semua itu hanyalah rencana tuhan tentang kita, maka kita akan menemukan suatu pencerahan bahwa “rencana tuhan itu lebih baik dari segala rencana yang ada”.
Kemarin saya mendapatkan nasi bungkus dari sekolah. Nasi bungkus tersebut adalah pemberian dari salah satu murid saya. Nasi tersebut saya masukkan kedalam kantong plastik dan siap saya bawa pulang untuk istri saya yang sudah menunggu kedatangan saya. Akan tetapi keadaan berpihak kepada yang lain, nasi yang sudah siap saya bawa pulang tersebut ternyata ketinggalan lantaran saya “lupa”. Pertanyaannya, kenapa saya bisa lupa padahal nasi tersebut sudah saya persiapkan di hadapan saya? Dari kisa saya ini ternyata nasi tersebut bukannlah rezeki saya melainkan rezeki orang lain. Menurut logika tidak akan masuk akal tetapi jika nasi tersebut memang bukanlah rezeki saya maka tidak akan bisa saya santap walaupun sudah saya persiapkan sejak dini.
Saya ingin mengatakan bahwa keadaan apapun harus ditanggapi dengan sebuah pikiran atau perspektif yang positif agar hati kita menjadi tenang dan orang lain tidak merasa terbebani dengan keadaan kita. Jika orang lain berbuat salah kepada kita katakan pada hati bahwa kejadian itu sudah dituliskan oleh tuhan. Maka dengan hal tersebut, hati kita menjadi tenang karena pada hakekatnya semua kejadian yang kita alami adalah kejadian yang direncanakan oleh tuhan, kita hanya bisa menikmati, menjaga dan merawatnya. Tentang hasil yang kita dapatkan baik kecil maupun besar itu tergantung dari pemberian yang akan tuhan berikan kepada kita.
Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif. Contohnya seperti:
#jika kita memperlakukan orang lain dengan baik, maka akhirnya dia betul-betul akan berubah menjadi baik kepada kita.
#jika kita yakin terhadap upaya kita bahwa upaya itu akan berhasil, maka kemungkinan besar dapat berhasil.
#jika kita yakin bahwa anak didik kita dapat menjadi anak didik yang cerdas dan berakhlak mulia, maka suatu hari nanti pasti akan menjadi anak didik yang cerdas dan berakhlak mulia.
Semua keadaan positif atau keadaan negatif itu bermula dari cara kita berfikir positif dan negatif.
Suatu ketika orang-orang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi bernama uthbah bin abi mu’id untuk menyakiti Nabi. Di lorong yang biasa di lewati Nabi SAW untuk menuju Ka`bah, orang Yahudi itu berdiri untuk menunggu Nabi SAW. Di saat Nabi lewat, dia memanggil Nabi.
Beliau pun menengok, karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah SAW.
Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu. Kenapa? Karena nabi adalah manusia yang sangat memafkan dan tidak mudah marah.
Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.
Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Ke mana gerangan orang yang selalu meludahiku?”
Setelah menanyakannya, Nabi mengetahui bahwa orang tersebut jatuh sakit.
Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa pula mampir ke pasar, membeli buah-buahan, untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu.
Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu.
Dari dalam rumah, terdengar suara lirih orang yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?”
“Saya, Muhammad,” jawab Nabi SAW.
“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.
“Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi lagi.
Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi, menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang selama itu disakitinya dan diludahi wajahnya.
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.
“Aku datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku, karena aku mendengar engkau jatuh sakit,” jawab Nabi SAW dengan suara yang lembut.
“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekalipun, yang telah menyewaku untuk menyakitimu, padahal aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun engkau, yang telah aku sakiti selama ini dan aku ludahi berkali-kali, justru engkau yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.
Keagungan akhlaq Nabi SAW telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan dirinya masuk Islam.
Dari kisah diatas kita mengetahui bahwa muhammad mengajarkan kepada kita untuk
# tidak mudah marah.
# tidah mudah tersinggung.
br /> # harus selalu berfikir positif.
# menerima keadaan apapun.
Didalam kisah yang lain ada seorang kafir yang selalu menaruh kotoran hewan didepan pintu rumah muhammad setiap hari. Padahal, mereka bertetangga. Ketika muhammad ditanya kenapa engkau tidak marah? Muhammad menjawab “ orang ini adalah sebaik-baiknya tetangga yang aku punya”. Kenapa rasulullah menjawab demikian?
#karena rasulullah mengetahui bahwa orang yang menyakiti kita pada akhirnya akan berubah menjadi baik. Bahkan mungkin saja lebih baik dari keluarga kita sendiri. Jika sampai meninggal ia tidak dapat berubah maka semua kebaikannya nanti akan kita ambil diakhirat.
Berpikir positif itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Karena berpikir itu seperti kita memakai kacamata. Tergantung warna kacamata yang kita pakai.
#jika kita memakai kacamata kelabu, segala sesuatu yang kita lihat akan tampak kelabu. Tetapi, jika kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu yang kita lihat akan tampak terang dan cerah.
Berpikir positif tidak ada ruginya. Karena efeknya kita menjadi bahagia dan menikmati hidup ini dengan normal. Sebaliknya, berpikir neh\gati banyak dampak yang akan diakibatkannya, termasuk stres, depresi dan akhirnya tidak dapat menikmati hidup ini dengan normal.
Positive thinking is a cure from all the diseases caused by stress.
Tidak ada salahnya jika kita memulai hidup yang sederhana atau semiskin apapun, jika kita bisa berfikir positif atau membiasakan diri kita berfikir positif, tidak akan menutup kemungkinan jika hidup kita akan berangsur-angsur menjadi bahagia dan menyenangkan walaupun setiap hari kita makan dengan lauk garam saja.
Disini saya ingin mengatakan bahwa sepahit apapun keadaan hidup kita jika kita bisa membiasakan berfikir positif tentang keadaan yang kita alami maka pahitnya keadaan itu akan berumah menjadi manis seperti manisnya kopi yang diseduh.
br /> Belajar dari pahitnya kopi dan belajar dari manisnya gula, kita dapat suatu pelajaran bahwa sepahit apapun hidup ini, sepahit keadaan yang kita alami atau sejelek kejadian yang kita alami, jika kita bisa berfikir positif bahwa semua itu hanyalah rencana tuhan tentang kita, maka kita akan menemukan suatu pencerahan bahwa “rencana tuhan itu lebih baik dari segala rencana yang ada”.
Kemarin saya mendapatkan nasi bungkus dari sekolah. Nasi bungkus tersebut adalah pemberian dari salah satu murid saya. Nasi tersebut saya masukkan kedalam kantong plastik dan siap saya bawa pulang untuk istri saya yang sudah menunggu kedatangan saya. Akan tetapi keadaan berpihak kepada yang lain, nasi yang sudah siap saya bawa pulang tersebut ternyata ketinggalan lantaran saya “lupa”. Pertanyaannya, kenapa saya bisa lupa padahal nasi tersebut sudah saya persiapkan di hadapan saya? Dari kisa saya ini ternyata nasi tersebut bukannlah rezeki saya melainkan rezeki orang lain. Menurut logika tidak akan masuk akal tetapi jika nasi tersebut memang bukanlah rezeki saya maka tidak akan bisa saya santap walaupun sudah saya persiapkan sejak dini.
Saya ingin mengatakan bahwa keadaan apapun harus ditanggapi dengan sebuah pikiran atau perspektif yang positif agar hati kita menjadi tenang dan orang lain tidak merasa terbebani dengan keadaan kita. Jika orang lain berbuat salah kepada kita katakan pada hati bahwa kejadian itu sudah dituliskan oleh tuhan. Maka dengan hal tersebut, hati kita menjadi tenang karena pada hakekatnya semua kejadian yang kita alami adalah kejadian yang direncanakan oleh tuhan, kita hanya bisa menikmati, menjaga dan merawatnya. Tentang hasil yang kita dapatkan baik kecil maupun besar itu tergantung dari pemberian yang akan tuhan berikan kepada kita.
Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif. Contohnya seperti:
#jika kita memperlakukan orang lain dengan baik, maka akhirnya dia betul-betul akan berubah menjadi baik kepada kita.
#jika kita yakin terhadap upaya kita bahwa upaya itu akan berhasil, maka kemungkinan besar dapat berhasil.
#jika kita yakin bahwa anak didik kita dapat menjadi anak didik yang cerdas dan berakhlak mulia, maka suatu hari nanti pasti akan menjadi anak didik yang cerdas dan berakhlak mulia.
Semua keadaan positif atau keadaan negatif itu bermula dari cara kita berfikir positif dan negatif.
Suatu ketika orang-orang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi bernama uthbah bin abi mu’id untuk menyakiti Nabi. Di lorong yang biasa di lewati Nabi SAW untuk menuju Ka`bah, orang Yahudi itu berdiri untuk menunggu Nabi SAW. Di saat Nabi lewat, dia memanggil Nabi.
Beliau pun menengok, karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah SAW.
Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu. Kenapa? Karena nabi adalah manusia yang sangat memafkan dan tidak mudah marah.
Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.
Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Ke mana gerangan orang yang selalu meludahiku?”
Setelah menanyakannya, Nabi mengetahui bahwa orang tersebut jatuh sakit.
Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa pula mampir ke pasar, membeli buah-buahan, untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu.
Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu.
Dari dalam rumah, terdengar suara lirih orang yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?”
“Saya, Muhammad,” jawab Nabi SAW.
“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.
“Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi lagi.
Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi, menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang selama itu disakitinya dan diludahi wajahnya.
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.
“Aku datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku, karena aku mendengar engkau jatuh sakit,” jawab Nabi SAW dengan suara yang lembut.
“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekalipun, yang telah menyewaku untuk menyakitimu, padahal aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun engkau, yang telah aku sakiti selama ini dan aku ludahi berkali-kali, justru engkau yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.
Keagungan akhlaq Nabi SAW telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan dirinya masuk Islam.
Dari kisah diatas kita mengetahui bahwa muhammad mengajarkan kepada kita untuk
# tidak mudah marah.
# tidah mudah tersinggung.
br /> # harus selalu berfikir positif.
# menerima keadaan apapun.
Didalam kisah yang lain ada seorang kafir yang selalu menaruh kotoran hewan didepan pintu rumah muhammad setiap hari. Padahal, mereka bertetangga. Ketika muhammad ditanya kenapa engkau tidak marah? Muhammad menjawab “ orang ini adalah sebaik-baiknya tetangga yang aku punya”. Kenapa rasulullah menjawab demikian?
#karena rasulullah mengetahui bahwa orang yang menyakiti kita pada akhirnya akan berubah menjadi baik. Bahkan mungkin saja lebih baik dari keluarga kita sendiri. Jika sampai meninggal ia tidak dapat berubah maka semua kebaikannya nanti akan kita ambil diakhirat.
Berpikir positif itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Karena berpikir itu seperti kita memakai kacamata. Tergantung warna kacamata yang kita pakai.
#jika kita memakai kacamata kelabu, segala sesuatu yang kita lihat akan tampak kelabu. Tetapi, jika kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu yang kita lihat akan tampak terang dan cerah.
Berpikir positif tidak ada ruginya. Karena efeknya kita menjadi bahagia dan menikmati hidup ini dengan normal. Sebaliknya, berpikir neh\gati banyak dampak yang akan diakibatkannya, termasuk stres, depresi dan akhirnya tidak dapat menikmati hidup ini dengan normal.
Positive thinking is a cure from all the diseases caused by stress.